Selasa, 10 Maret 2009

TWILIGHT ZONE

"Ngacooo....!!"
"Ga bener! Harusnya ga bisa begitu....!" Hati Iwan belum bisa menerima.
Disa'at ia sedang menikmati jatah cutinya, terdengar kabar yang menohok harga dirinya. Apa yang sudah disampaikan oleh dirinya, sebagai bagian dari lingkaran birokrasi, dipatahkan kembali oleh pimpinan diatasnya tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada dirinya.
Kejadian ini sudah yg kesekian kalinya terjadi dan selalu melukai nuraninya....
"Tidak ada ukuran yang pasti.....Hhhhhh"
"Sudah pak ga usah dipikirin..", sang istri berbisik lembut berusaha menentramkan hati Iwan.
tangannya di gosok2an lembut dipunggung sang suami.
"Subhanallah..", seketika emosinya mereda. Kerutan di wajahnya mengendur.

Iwan sudah berdinas kurang lebih sepuluh tahun di sebuah instansi pemerintah. Suatu pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah terlintas dikepalanya. Apalagi dimasa akhir kuliahnya, pekerjaan sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil dikenal sebagai lingkungan pekerjaan yang sangat rendah disiplinnya penuh dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan kebijaksanaan yang tidak bijaksana. Beberapa rekannya sudah pernah memberikan masukan kepadanya untuk menimbang kembali pilihan hidupnya sewaktu ia akan memasukan surat lamaran. Tuntutan ekonomilah yang memaksa iwan mengabaikan saran teman2 nya...
"Bismillah......", dengan langkah mantap (dimantap-mantapkan tepatnya) iwan menyerahkan surat lamaran yang dibawanya. Ia ingat, bagaimana saat itu ia berdo'a agar lamarannya diterima. Serta bertekad bila ia diterima, maka ia akan mengabdi secara total kepada negara dan merubah sistem jahiliyah menjadi sistem yang lebih baik selain tentunya tekad utk menghidupi keluarganya kelak. tapi itu.....DULUUUUUU......

"Bapak harus bisa menerima.... itu khan sudah konsekwensinya pak, Tidak mungkin kita seorang diri merubah negara yang besar ini dengan sekejap mata. Paling tidak bapak sudah berani menyampaikan kebenaran", sekali lagi sang istri berusaha meyakinkan sang suami.
Iwan tidak membantah, ia paham apa yang di sampaikan sang istri. Paling tidak ia berada di level kedua dari perintah Rasulullah SAW dalam menentang kebatilan.
Tatapan penuh pengertian menyergap dalam. "Alhamdulillah.. terima kasih ya Allah engkau telah pertemukan hamba dengan 'melati' Mu, penyejuk hati, pondasi jiwa".
Memang sulit ternyata untuk merubah sesuatu yang sudah berjalan dan membudaya selama beberapa generasi. Apalagi bila kita telah berkecimpung didalamnya... Sulit... Sulit... tapi bukan berarti tidak mungkin....Hhhhhhh. Hampir disegala lini, mulai dari tukang sapu sampai dengan para eselon pimpinan. Mulai dari pengadaan sapu lidi sampai dengan gedung tinggi. Belum lagi adanya previllege bagi golongan tertentu yang menciptakan para birokrat 'berkepala besar'. Sulit... Sulit... tapi bukan berarti tidak mungkin....Hhhhhhhh. Peraturan dibuat berdasarkan selera, kebijaksanaan menjadi yang utama. Kemana bangsa ini akan di bawa...?

"Bunn..."
"Iya pak..."
Sore itu mereka hanya berdua didalam mobil.
"Ada beberapa hal yang bapak mau tanya, ini kita diskusi ya... cuma berandai-andai tapi bukan ga mungkin kita kerjain...", Iwan terdiam sejenak menunggu jawaban.
"Mengenai apakah...", jawab sang istri sembari mengeluarkan telepon genggamnya (Jadwal rutin mengingatkan anak mereka dirumah agar tidak lupa minum obat).
Iwan menarik nafas dalam sebelum memulai pembicaraa, sambil memberikan kesempatan kepada sang istri untuk menyelesaikan SMS nya. Ia butuh menenangkan hatinya sejenak agar tidak salah dalam mengucapkan kata2. Karena apa yang akan diucapkan bisa saja merubah keluarganya (khususnya perekonomian keluarga) 180 derajat. "Begini bun..., kita sudah sama2 menjalani rumah tangga ini kurang lebih 9 tahun. Asam manis, pahit getir kehidupan sudah sama2 kita lewati. Ada beberapa hal yang mengganjal di hati bapak melihat situasi yang ada sekarang ini di tempat kerja bapak. Banyak ketidak sesuaian antara pelaksanaan dengan aturan yang berlaku dan hati nurani," ditengoknya sekejap sang istri.
Tak ada jawaban yang keluar dari mulut sang istri, digantikan dengan keingin tahuan yang tergambar di wajah.
Iwan melanjutkan,"menurut bapak nih... kalo begini terus situasinya.., kayaknya lebih baik kita usaha sendiri deh bun...".
"Diinn...Diinn", klakson dibunyikan Iwan untuk mengingatkan penyebrang jalan agar melihat dulu ke dua arah.
"Maksud bapak gimana?" Tanya sang isteri.
"Bapak teringat pada masa Rasulullah, bagaimana saat itu perdagangan menjadi 'motor' utama perekonomian umat. Semua dijalankan sesuai dengan tuntunan kitab suci dan perintah Allah SWT yang diterimanya. Semua pihak yang terlibat dalam aktivitas perdagangan tidak ada yang dirugikan dan masing2 individu memiliki kebebasan untuk menjalankan perintah agamanya. Dan satu hal yang pasti, tidak ada aturan2 yang dibuat berdasarkan selera para pemimpin melainkan aturan agama sebagai panglimanya..".
Iwan melanjutkan,"kalau kamu setuju, bapak bermaksud mengajukan pensiun dini (APS) supaya kita bebas untuk mengaplikasikan apa2 yang di syariatkan dalam agama kita. Insya Allah dengan niat yang baik, Allah SWT akan membantu kita. Walaupun bapak sadar keputusan ini kalo kita laksanakan pasti tidak akan mudah, makanya bapak butuh berdiskusi dengan kamu.. Karena kita dituntut untuk memiliki ekstra kesabaran dan ekstra ke -ikhlasan dalam menjalaninya.."
Sang isteri terlihat sedikit terperanjat akan apa yang disampaikan Iwan.......
Ditariknya nafas dalam-dalam,"bapak sudah yakin akan keputusan bapak...?" tanya sang isteri ingin tahu. Matanya sedikit menerawang.... keliahatan jika ia sedang berfikir lebih keras lagi. Wajar saja bila sang isteri harus berfikir keras karena berkaitan dengan periuk nasi keluarga dan tanggungan pendidikan anak2 mereka.
"Insya Allah Bun, Bismillah...."
"Baiklah pak, kalo bapak sudah yakin, insya Allah saya mendukung keputusan bapak..... Sebagai kepala keluarga saya yakin pasti bapak sudah mempetimbangkan masak2 setiap keputusan yang bapak ambil...", sang isteri menjawab dengan penuh keikhlasan dan kepasrahan. Dia tau bahwa sang suami sudah lama ingin menerapkan syariat Islam dalam setiap tindak-tanduknya. termasuk mengedepankan jiwa enterpreunership di dalam keluarga. Dengan harapan dapat membuka lapangan kerja bagi saudara2 nya. Sang suami sangat ingin bisa maju dari hasil jerih payah mereka sendiri, bukan dari hasil KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme). Apalagi selama ini lingkungan pekerjaannya tidak sesuai dengan nuraninya, sehingga keinginan untuk mengundurkan diri menjadi semakin kuat.
"Subhanallah wal hamdulillah, terima kasih ya bun atas pengertian dan dukungannya...." sahut Iwan spontan seraya merangkul sang isteri untuk mendekat dan mencium keningnya.
ClixMX.com